Headlines News :
Home » , » Tentang Jalur Emas Dunia-KULIAH UMUM-1

Tentang Jalur Emas Dunia-KULIAH UMUM-1

Written By Unknown on Rabu, 17 Februari 2016 | 08.18

Tentang Jalur Emas Dunia-KULIAH UMUM-1
Oleh : Yudhie Haryono
Sungguh, "menjadi revolusioner adalah kutukan alam raya untuk segera menjadi pahlawan, dan menjadi elite Indonesia adalah kutukan menjadi pengkhianat bangsa." Para pengkhianat itulah yg kini berkuasa. Mereka menghapus ingatan sejarah besar Peradaban Nusantara; Dunia Atlantik; Sorga di Timur; Negeri Atas Angin. Dengan sengaja, mereka menggiring sejarah Indonesia sebagai bagian kecil dari sejarah dunia (we part of them).

Para presiden kita pasca Karno dan Harto adalah para tetua pikun. Bukan kaum tua suci yg mengerti bahwa Nusantara adalah arus besar yg mereplika dunia. Jalur-jalur perdagangan dan pelayaran dunia adalah jalur nenek moyang kita. Saat dunia lain belajar merangkak, kita sudah berlari mengajarkan modal emas sebagai model mengelola perekonomian dunia dan negara. Saat dunia lain belajar memasak, kita sudah mengekspor ramuan rempah-rempah sebagai cara menikmati dunia. Saat negara lain belajar membuat pintu rumah, kita sudah ajarkan membuat keajaiban dunia; tempat bertemunya rumah ibadah, pariwisata, kuliner, fashion dan olahraga. Bukankah kuil-kuil negara lain hanya kopi candi-candi Nusantara ? Siapa bisa menyangkalnya.

Tapi kini mengapa kita jalan merangkak dan menjadi tukang cuci sempak-sempak mereka?
Sebab di tangan pengkhianat dan ceculun begundal itulah kita langgeng jadi budak. Budaknya bangsa-bangsa yang kerjanya tertawa mengekspor babu tiap waktu untuk diperkosa. Mereka merubah "jalur emas, jalur rempah dan jalur pengetahuan" menjadi "jalur sutra, jalur segitiga setan (WTO, WB, IMF) dan jalur pasar neoliberal."
Mari kita lihat. Tahun 2014 saja kita menghasilkan 105 ton emas. Sebab Indonesia saat ini memiliki cadangan emas sebanyak 9.000 ton, terbesar di dunia walau dikuasai asing. Di seantero tambang emas Indonesia:

  1. Mimika (Papua),
  2. Cikotok (Jawa Barat),
  3. Bengkalis (Riau),
  4. Tanggamus (Lampung)
  5. Bombana (Sulawesi Tenggara),
  6. Rejang Lebong (Bengkulu),
  7. Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara),
  8. Logas (Riau),
  9. Sarolangun (Jambi),
  10. Merangin (Jambi),
  11. Meuleboh (Aceh),
  12. Monterado (Kalimantan Barat),
  13. Malinau (Kalimantan Timur),
  14. Kotabaru (Kalimantan Selatan),
  15. Kapuas (Kalimantan Tengah),
  16. Banyuwangi (Jawa Timur).
Dari beberapa tempat penghasil emas tersebut, Grasberg atau PT Freeport adalah pertambangan emas terbesar di dunia. Mereka punya cadangan emas hampir 150 juta troy ounces. Kalau dirupiahkan, cadangan emas ini nilainya setara Rp 11.200 triliun. Mereka memproduksi hampir 1,440 juta troy ounces dan 2,35 miliar ton material bijih pertahun.

Jadi jika ada berita emas di Amerika dan negara-negara Eropa, sesungguhnya itu emas dari rampokan Nusantara. Saat emas-emas itu mengalami asingisasi maka rempah mengalami asengisasi. Padahal manusia Cina, Eropa dan dunia tak bisa jadi manusia kecuali mereka mengkonsumsi cengkeh, pala, barus, manisan, mrica, kopra dan lain-lain sejak 1700 SM. Jalur rempah (spice route) hari ini dirubah dengan drastis jadi jalur sutra (silk road) ala Cina. Praktis ada lebih dari 19 kota dan 190 kapal yg disumbangkan Indonesia ke dunia. Lebih dari 200.000 Triliun yang sudah kita sumbangkan ke dunia. Inilah drama tragis kolonialisme yang kini dihapus dengan isu ecek-ecek di semua media, kampus dan rumah ibadah.

Lewat jalur segitiga setan, kini model, modal dan modul pembangunan kita bertumpu pada pertumbuhan, urban, utang dan anti kebijakan dan kebijaksanaan lokal. Lewat jalur pasar neoliberal, kini istana hanya berisi orang-orang berpikir ekonometrika serta para penyembah kurs dan kantong bolong.

Singkatnya, metoda Atlantis terhapuskan. Manusia nusantara absen. Kurikulum pancasila mati dan mental merdeka sudah tak ada. Arus balik dari pembuat jalur-jalur dunia menjadi pembebek dunia terjadi secara akut. Emas habis. Rempah punah. Manusia membudak binasa.
Wahai generasi atlantik, bangkitlah. Sebab menjadi revolusioner adalah menulis sejarah sendiri. Bukan pikun apalagi mati. Kinilah saatnya kita menegakkan sallus populi suprema lex esto. Sebab tanpa sejahtera, apa artinya merdeka? Inilah saatnya kita berkata "they part of us" seperti buku-bukuku yang sudah kuwakafkan padamu: KAWANKU.
Tag#  Freeport. Neoliberal, Tambang Emas 
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Ngobrol Dengan Admin

Our Fan Club

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Masruchan Sahab, S.Pd.I - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template